Tidak ada yang tahu sampai kapan pandemi
ini akan berakhir. Saya merasa baru kemarin membayangkan kehancuran dunia karena
paparan virus ganas seperti scene di film-film Hollywood. Saya juga merasa kepanikan massal
karena langkanya masker, vitamin, obat, hingga bahan makanan belum lama
terjadi. Dan tahu-tahu setahun hampir berlalu.
Sampai titik ini saya hanya bisa
bersyukur bahwa masih diberi kesehatan. Dari awal pandemi, barangkali hanya dua
bulan saja kantor menjalankan program Work From Home (WFH). Itu pun
dalam lima hari kerja, dua hingga tiga harinya bergantian jadwal masuk ke kantor.
Sangat sulit meninggalkan kantor kosong karena unit kami memiliki fungsi yang
strategis di perusahaan.
Sempat suatu ketika gedung kantor ditutup selama seminggu karena didapati karyawan yang terjangkit virus. Ketika sudah kondusif dan dibolehkan masuk, dokumen yang datang menumpuk. Mampus.
Alhamdulillah Allah masih menjauhkan Covid-19 meski dalam beberapa waktu terakhir paparan virus telah menjangkiti orang-orang sekitar. Beberapa orang di kantor yang kerap berinteraksi divonis positif Covid-19. Keluarga dari rekan kerja jua demikian. Belum selesai satu kasus, bermunculan kasus-kasus tambahan lainnya.
Seakan-akan kita dikepung dari kiri-kanan,
atas-bawah, dan dari segala penjuru arah. Saking pasrahnya menjalani kondisi
yang tidak menentu ini, sampai muncul anggapan bahwa kita ini hanya menuggu
giliran saja.
Tapi apa iya hanya tinggal waktu
giliran saja kita kena? Tentu tidak. Terpaparnya kita oleh virus ini tergantung
bagaimana cara kita survive dan menyesuaikan diri dengan protokol
kesehatan yang memaksa kita terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan baru.
Membiasakan diri untuk tidak
mendatangi tempat-tempat publik yang penuh kerumunan, membiasakan diri untuk
tertib memakai masker, mencuci tangan menggunakan sabun, menjaga jarak, dan
kebiasaan-kebiasaan lain dalam menerapkan protokol kesehatan. Langkah-langkah
ini dilakukan untuk menjaga diri sendiri dan orang-orang sekitar.
Sejujurnya saya pribadi belum
patuh-patuh amat menjalankan gaya hidup baru ini. Masih sering diingatkan untuk
lebih patuh dan lebih tertib. Apalagi di rumah ada istri dan anak yang rentan
terpapar karena intensitas aktivitas saya di luar rumah sangat tinggi.
Di akhir 2020 dan menyambut 2021,
harapan ke depannya tidak terlalu besar. Semoga senantiasa dijaga Allah dari mara
bahaya dan penyakit, diberi kesehatan, dilancarkan rezekinya, dan semakin dekat
dengan Allah. Doa terbaik untuk seluruh umat manusia, semoga wabah ini segera menghilang
dan kita bisa beraktivitas normal seperti sediakala.