+ -

Pages

17.7.21

Berita Kematian


Rutinitas yang hampir selalu saya lakukan setiap pagi adalah membuka dan mengecek surat elektronik (surel). Memastikan apakah ada pesan pekerjaan masuk dari kantor, melacak notifikasi pesanan di pasar digital, atau sekadar membaca sejumlah headline surat kabar terbaru.

Di tengah pesan-pesan tersebut seringkali terselip kabar duka dari rekan karyawan. Belakangan intensitasnya lebih banyak dari biasanya. Unit Corporate Communication menyampaikan kabar duka barang satu atau dua pesan setiap harinya.

Entah apakah hanya perasaan saya saja, belakangan ini berita kematian menjadi semakin akrab. Pesan-pesan tersebut berseliweran di sekitar kita melalui perantara berbagai media.

Ketika membuka grup WA, ada kabar duka yang dikabarkan oleh rekan sejawat. Ketika membuka sosial media, pesan bela sungkawa disiarkan oleh sejumlah akun. Ketika membuka kanal berita, kisah sedih ditinggal orang terkasih menjadi konten yang banyak mendapatkan atensi.

Cerita ditinggal orang terkasih memang menjadi hal yang sentimentil bagi semua orang. Dan kini kita merasakan situasi menyedihkan ini terjadi di lingkungan terdekat kita. Seakan mengingatkan bahwa kematian begitu dekat. Kapanpun maut dapat menjemput.

Di televisi, setiap sore kita menyimak paparan dari pemerintah terkait kabar terbaru penanganan Covid-19 di Indonesia beserta jumlah tambahan kasus dan deretan angka-angka yang menyentuh ribuan dan bahkan puluhan ribu. Satu demi satu rekor bermunculan. Per tanggal 15 Juli 2021 ini, tambahan kasus mencapai 56.757 orang. Tertinggi dalam sejarah penanganan Covid-19 di Indonesia.

Angka-angka itu kian membuat kita menjadi masygul saat menyaksikan berita seluruh rumah sakit kewalahan menangani kelonjakan kasus. Tenda-tenda darurat dibangun. Ambulance hilir mudik membawa pasien dan jenazah sambil meraung-raung membelah kemacetan kota. Tenaga kesehatan kelelahan karena dituntut untuk bisa terus melayani pasien. Dan persediaan oksigen makin lama semakin menipis.

Di pemakaman, para petugas berjibaku membuat lobang-lobang. Mengangkat puluhan hingga ratusan peti setiap harinya. Menguburkannya dengan bongkahan tanah. Kemudian kembali ke siklus membuat lobang-lobang tadi. Saban hari rutinitas itu menjadi kian padat dan melelahkan.

Berita-berita itu semakin dekat. Dikabarkan oleh orang terdekat di waktu yang saling berdekatan. Tak ada jeda. Saya hanya bisa mendoakan yang terbaik bagi mereka yang ditinggalkan. Juga terus berdoa, semoga kita selalu dilindungi dari mara bahaya. Dan senantiasa berharap untuk menjadi salah satu orang yang mengabarkan kabar duka itu di masa kacau balau ini.
5 Khairul Arifin: Berita Kematian Rutinitas yang hampir selalu saya lakukan setiap pagi adalah membuka dan mengecek surat elektronik (surel). Memastikan apakah ada pesan peke...

No comments:

Post a Comment

< >